Kemaren saya dan paman saya (sepupu ibu saya) pergi ke bandara Syamsudinoor untuk menjemput kaka dari paman saya yg datang dari Jakarta dan akan berlebaran di kampung Halaman. Kami menunggu sekitar 30 menit, dan kaka paman saya, yang biasa saya panggil Acil* mimah, suaminya dan kedua anaknya yang masih kecil keluar dari pintu kedatangan. Sekitika paman saya bersalaman dan mencium tangan Acil Mimah. Sayapun juga melakukan hal yang sama.
Dulu ketika waktu masih kecil, saya biasa memanggil paman saya yang umurnya tidak terpisah terlalu jauh dengan saya ini dengan sebutan Paman Taha atau Man Taha. Tapi sekarang ketika saya mulai beranjak dewasa, saya tidak memanggilnya dengan Paman Taha lagi, tapi hanya memanggil namanya, TAHA. Sesuatu telah berubah disini, tapi saya belum tahu pasti apa.
Pikiran saya terpanggil ke kejadian dimana Taha mencium tangan Acil Mimah ketika di bandara. Walaupun Taha sudah sangat dewasa dan umurnya juga tidak terpisah terlalu jauh dengan Acil Mimah, ia melakukan hal yang keliatannya sangat sederhana tapi penuh makna dan sangat berharga. Dulu saya juga seperti itu, ketika bertemu dengan orang yang lebih tua saya bersalaman dengan mencium tangan mereka. Tapi seiring berjalannya waktu, semakin beranjak dewasa, saya hanya melakukan hal tersebut kepada orang-orang tertentu saja.
Ada satu benang merah yang dapat saya tarik disini, manusia akan terus tumbuh dan berkembang, namun ada menurut saya hal-hal yang sebaiknya selalu seperti itu, tidak perlu berkembang. Salah satunya adalah RASA HORMAT. Rasa Hormat sebaiknya selalu dijaga, kapanpun dan dimanapun, tidak peduli seberapa jauh dan besar kamu tumbuh dan berkembang. HORMATILAH siapapun, kalaupun kita tidak bisa menghormati semua orang, hormatilah mereka yang pantas anda hormati.
"No matter how much you grow, always respect everyone. Especially your family"
*Acil : Panggilan untuk tante atau bibi dalam bahasa Banjar.
0 komentar:
Posting Komentar